Tanda ingatan tak layu di hati, walau mata tak bisa kulihat walau tangan tak bisa ku jabat, namun hati ku penuh hasrat.
Cinta karna Allah, sebab merasakan manis nya iman, berjumpa kerana Allah berpisah pun kerana Allah.
Biarkan Aku Dalam Kesendirian ini...
“Ya Allah, pencipta sekalian alam, semoga kiranya kami dapat menyediakan diri dalam menghadapi segala kengerian dgn Laa ilaahaillaal laah (tiada tuhan hanya Allah) dan setiap kesedihan dan kedukaan MasyaAllah (sesuatu yang sudah dikehendaki tuhan). Setiap nikmat Alhamdulillah (segala puji bg Allah). Setiap kelapangan dan cubaan Asy Syukru Lillah (syukur kpd Allah). Setiap yang menghairankan Subhaa nallaah (Maha suci Allah). Setiap dosa Astagfirullaah (aku meminta ampun kepada Allah). Setiap musibah Innaa lillaahi Wa Innaailaihi raaji’uun (dan kpdNYA kita kembali). Setiap kesempitan Hasbiyallaah (cukup Allah tempatku bergantung harap). Setiap qadha’ dan qadar Tawakkaltu ‘alallaah (aku berpegang kpd Allah). Dan setiap dapat berbuat taat dan musibah Laa Haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil’ azhiim (tiada daya dan kekuatan melainkan Allah yg maha tinggi dan maha besar) “.
~ Berikut adalah kutipan dari terjemahan Tafsir Ibnu Katsir atas surah Al-baqarah ayat 216 :
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; ALLAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (terjemahan surah Al-baqarah ayat 216)
Allah mewajibkan jihad kepada kaum muslim demi mempertahankan agama Islam dari kejahatan musuh-musuhnya. Az-Zuhri mengatakan bahwa jihad itu wajib atas setiap orang, baik ia ahli dalam berperang ataupun tidak. Bagi orang yang tidak biasa berperang, apabila diminta bantuannya untuk keperluan jihad, maka ia harus membantu. Dan apabila dimintai pertolongannya, maka ia harus menolong. Apabila diminta untuk berangkat berjihad, maka ia harus berangkat; tetapi jika tidak diperlukan, ia boleh tinggal (tidak berjihad).
Menurut kami, di dalam sebuah hadis sahih telah disebutkan seperti berikut:[1]
Barang siapa yang meninggal dunia, sedangkan dia belum pernah berperang (berjihad) dan tiada pula keinginan dalam hatinya untuk berperang, maka ia mati dalam keadaan mati Jahiliah. Rasullillah Saw. pernah bersabda dalam hari kemenangan atas kota Mekah: Tidak ada hijrah sesudah kemenangan, tetapi hanya jihad dan niat’, dan apabila kalian diperintahkan untuk berangkal berperang, maka berangkatlah. Firman Allah Swt.:
“padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci.” (AI-Baqarah: 216)
Yakni terasa keras dan berat bagi kalian, dan mernang kenyataan perang itu demikian, adakalanya terbunuh atau terluka selain dari masyaqat perjalanan dan menghadapi musuh.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
“Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian.” (AI-Baqarah: 216)
Dikatakan demikian karena berperang itu biasanya diiringi dengan datangnya pertolongan dan kemenangan atas musuh-musuh, menguasai negeri mereka, harta benda mereka, istri-istri, dan anak-anak mereka.
“dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian.” (AI-Baqarah: 216)[2]
Hal ini bersifat umum mencakup semua perkara. Adakalanya seseorang mencintai sesuatu, sedangkan padanya tidak ada kebaikan atau suatu maslahat pun baginya. Antara lain ialah diam tidak mahu berperang, yang akibatnya musuh akan menguasai negeri dan pemerintahan.
Kemudian Allah swt berfirman :
“Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui” (Al-baqarah : 216)
Ertinya Allah lebih mengetahui tentang akibat dari semua perkara daripada kalian, dan lebih melihat tentang hal-hal yang didalamnya terkandung kemaslahatan dunia dan akhirat bagi kalian. Maka perkenankanlah seruan-Nya dan taatilah perintah-Nya, mudah-mudahan kalian mendapat petunjuk.
|